By Angelinhere
Suatu saat kita pasti akan dihadapkan pada suatu masalah yang cukup complicated… Lalu biasanya kita akan mencurahkan ‘perasaan tidak menyenangkan’ tersebut dengan orang-orang yang kita kenal dekat.
Apa yang Readers semua harapkan feedback dari orang yang sudah kita ceritakan masalahnya secara gamblang, tuntas, sampai ‘cetar membana’ (istilah nya si Syahrini, sebenarnya eneg ngomongnya tapi suddenly kebayang-bayang mulu di otak Angelinhere *Gosh!*)
1. Respond si A : “Yang sabar yah..”
Yup, ini respond paling tidak menyenangkan menurut Angelinhere. Why?
Kata sabar tidak perlu diucapkan orang lain menurut Angelinhere, karena begitu kita tertimpa masalah pasti diri sendiri juga sudah aware dengan self alert ‘sabar’ nya… Kalau sampai harus diulangi oleh orang lain, bahkan orang lain itu bukan Cuma 1 orang tapi buanyak rasanya itu : Ganggu banget! Hehehe…
Dan itu tidak membuat orang menjadi lebih rileks deh kayaknya, not a relieving feelings.
Atau jangan-jangan, ada juga yah orang-orang yang justru mengharapkan orang hanya untuk mengatakan ‘ Sabar yah…’ pada dirinya? That’s it! Hmm… who knows?
2. Respond si B : “Wah, padahal lo bener tuh! Kok jadi lo yang terdesak gitu yah?!”
Yup, ini dia kawan kita yang langsung menyimak suatu masalah dengan caranya yang ‘straight to the point’ dan langsung men-judge sesuatu benar atau salah hanya dari satu sudut pandang a.k.a tidak berimbang. Tapi sometimes kadang ini menjadi hal yang melegakan untuk kuping dan hati si orang yang lagi tertimpa masalah, karena somehow pasti kita merasa ‘terbela’, hehe…
Karena kadang dalam kondisi seperti ini ada orang yang hanya mau mendengar apa yang kupingnya mau dengar dan selebihnya ‘I don’t even care about it anymore’! hehe.
Tapi ada baiknya kita harus sedikit lebih wise, bahwa suatu masalah pasti memiliki minimal dua sisi, jadi penelusuran masalahnya harus lebih berimbang.
3. Respond si C : “ Gini, mungkin ada yang salah dengan cara berkomunikasinya, jadi kalian sebenarnya tidak ada yang benar atau salah…”
Yup, ini dia si teman yang bisa dibilang ‘the positive guy’, the way he/she thought is all about positive thinking. Dia melihat masalah dari sisi ‘orang luar’ yang tidak berpihak dan lebih clear melihat masalah yang sebenarnya.
Tapi, (again there is), yaitu tadi, terkadang si kuping yang punya masalah merasa orang-orang seperti ini too good to be true… Bahwa masalah tidak sesimple yang dia pikirkan, bahwa ini semua jauuuuh lebih rumit dari pada semua pemikiran positif thinking nya…
Pada akhirnya semua kembali ke individunya itu sendiri, si pemilik masalah, mau mendengarkan respond yang mana? Its your way to choose… Thanks for Reading ya temans ^_^
No comments:
Post a Comment